Reyog Ponorogo merupakan seni tari tradisional yang lahir dan berkembang di Ponorogo. Kesenian yang diduga ada sejak adanya masyarakat kota Reyog, dari bentuk awalnya yang sangat sederhana, baik wujud fisik maupun pertunjukannya, seiring berjalannya waktu seni adiluhung ini cukup dinamis mampu mengikuti irama berubahnya jaman hingga kini menemui wujudnya yang sangat indah penuh pesona. Reyog Ponorogo tidak pernah “mati gaya”. Pesonanya tidak hanya menarik hati masyarakat pemiliknya, tetapi juga mampu menebarkannya kepada jutaan orang yang sebelumnya hanya mendengar kebesarannya. Tanah air yang menjadi arena pentasnya pun kini tidak hanya mengitari Bumi Reyog, tempat berpijaknya para Warok merajut peradaban, tetapi juga telah merambah ke bumi dan negeri bangsa lain di semesta ini. Seni pertunjukan yang juga memiliki nama Barongan ini memiliki keindahan dari segala sisi. Di dalamnya berpadu komponen-komponen seni kerakyatan yang cukup lengkap; sejarah, peralatan, busana, ragam tari yang selalu melahirkan harmoni setiap dipentaskan. Daya menghiburnya sangat kuat, sehingga cukup berat bagi siapapun yang berada dalam arena pentasnya untuk tidak menikmati sajiannya hingga tuntas. Keagungan seni adiluhung ini juga terletak pada kearifan lokal yang disimpannya. Nilai adiluhung menghiasi seluruh komponennya. Karena itu, tidak berlebihan jika di bumi Belanda – negeri Benua Biru berjuluk Negeri Kincir Angin, kesenian ini disebut dengan “Seni Cinta”, karena memang kehadirannya mampu menghibur dan sekaligus mengajarkan keindahan hidup. Model Pembelajaran Karakter Reyog Ponorogo hadir dan terkreasi dalam skim Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi (PTUPT) Ristek Dikti 2020 karena terpicu konteks keindahan seni Reyog ini.
